“Cerita tentang Kasih sayang seorang Ibu kepada anaknya”
Sebuah cerita motivasi tentang kasih sayang seorang ibu.
Apa sumber motivasi terbesar dalam hidup? Mungkin jawaban yang tepat adalah CINTA!! Cinta
di sini bukan hanya berarti hubungan sepasang insan berlainan jenis,
namun lebih kepada cinta universal. Cinta seorang ibu / ortu pada
anaknya atau sebaliknya.. Inilah kekuatan terbesar yang dimiliki yang
bisa menjadi sumber motivasi bagi semua orang.
Cerita
bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak
laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan bahagian
nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar”
KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa,
ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing
di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia dapat
memberikan sedikit makanan bergizi untuk pertumbuhan. Sepulang
memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera.
Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan
sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa
tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga
tersentuh, lalu menggunakan suduku dan memberikannya kepada ibuku.
Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : “Makanlah nak, aku
tidak suka makan ikan”
KEBOHONGAN IBU YANG KE DUA
Sekarang aku
sudah masuk Sekolah Menengah, demi membiayai sekolah abang dan kakakku,
ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak mancis untuk
ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk
menutupi kepentingan hidup. Di kala musim sejuk tiba, aku bangun dari
tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak mancis. Aku berkata :
“Ibu, tidurlah, sudah malam, besok pagi ibu masih harus kerja.” Ibu
tersenyum dan berkata : “Cepatlah tidur nak, aku tidak penat”
KEBOHONGAN IBU YANG KE TIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti
kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang,
terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di
bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi loceng berbunyi,
menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan
menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh
yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang
jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera
memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
“Minumlah nak, aku tidak haus!”
KEBOHONGAN IBU YANG KE EMPAT
Setelah kepergian ayah karena
sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan
berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai keperluan
hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah.
Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin
parah, ada seorang pakcik yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku
pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga
yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara,
seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang
keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : “Saya
tidak butuh cinta”
KEBOHONGAN IBU YANG KE LIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku
semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah
waktunya pencen. Tetapi ibu tidak mahu, ia rela untuk pergi ke pasar
setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering
mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, tetapi
ibu berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik
uang tersebut. Ibu berkata : “Saya ada duit”
KEBOHONGAN IBU YANG KE ENAM
Setelah lulus dari ijazah, aku pun
melanjutkan pelajaran untuk buat master dan kemudian memperoleh gelar
master di sebuah universiti ternama di Amerika berkat sebuah biasiswa di
sebuah syarikat swasta. Akhirnya aku pun bekerja di syarikat itu.
Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk
menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak
mahu menyusahkan anaknya, ia berkata kepadaku : “Aku tak biasa tinggal
negara orang”
KEBOHONGAN IBU YANG KE TUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu
terkena penyakit kanser usus, harus dirawat di hospital, aku yang berada
jauh di seberang samudera atlantik terus segera pulang untuk menjenguk
ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya
setelah menjalani pembedahan. Ibu
yang kelihatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun
senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang
ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh
ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku menatap ibuku
sambil berlinang air mata. Hatiku perit, sakit sekali melihat ibuku
dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : “Jangan
menangis anakku, Aku tidak kesakitan”
KEBOHONGAN IBU YANG KE DELAPAN
Setelah mengucapkan kebohongannya
yang kelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir
kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti
merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : “Terima kasih ibu..!”
Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah
ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk
berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktiviti kita yang
padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan
ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada
di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan kita, kita pasti lebih
peduli dengan pasangan kita. Buktinya, kita selalu risau akan kabar
pasangan kita, risau apakah dia sudah makan atau belum, risau apakah dia
bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah
merisaukan kabar dari orangtua kita? Risau apakah orangtua kita sudah
makan atau belum? Risau apakah orangtua kita sudah bahagia atau belum?
Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi… Di waktu
kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orangtua kita,
lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian
hari.
Anda punya cerita motivasi anda sendiri? Silahkan ceritakan pada dunia!!
silahkan baca cerita motivasi lainnya di blog ini, selain cerita hikmah, cerita perjalanan sukses.
Sumber dari :
http://joel-richardo.blogspot.com/